Kamis, 30 Juli 2009

memory from the past

memory itu kini selalu menghantuinya. Sekeras apapun ia mencoba menampik. Kini seluruh saraf dalam tubuhnya mendenyutkan kenangan itu. Sebesar itulah kenangan itu selalu mengganggunya. Mengalir bersama tiap tetes darahnya. Berhembus disetiap helaan nafasnya. Kenangan, tidakkah kau lelah untuk mengganggu perempuan itu. Ia masih muda dan sehat dalam fisik. Tapi pikirannya berontak lelah. Mau bagaimana lagi, toh pikirannya sendiri yang ingin begitu. Andai saja ia bisa keluar dari kenangan itu. Lalu kembali dalam kehidupannya di masa sekarang. Tidakkah itu lebih baik adanya. Indah damai kehidupannya akan semakin terasa.

--o0o--

Perempuan itu kutemui di ujung jalan. Tengah bersenandung riang seraya bukunya di goyang-goyangkan ke depan kebelakang. iPod menemani setia kedua telinganya. Perempuan itu cantik, tinggi, langsing dan muda. Ia terlihat begitu bahagia. Aku mengaguminya dari pertama kulihat. Tapi kenapa dia, setelah kudekati. Mengapa pipinya cekung dan kantung mata di pelupuknya terlihat tebal. Tidakkah seharusnya ia terlihat cantik. Bilakah tanpa kedua masalah itu.

--o0o--

Aku bertemu gadis kecil itu. Memakai seragam SMP dan terlihat kikuk. Ia masih sangat belia dan suci. Betapapun ia terlihat begitu mengagumiku. Aku masih merasakan tatapan kagumnya. Bahkan ketika ia telah membelok ke ujung jalan itu. Mengapa gadis sepolos dia bisa mengagumiku. Tapi aku sepertinya ingin bertemu lagi dengannya. Bertegur sapa dan saling berkenalan. Aku mengaguminya dan kurasa ia juga mengagumiku. Aku merasa kita akan jadi sahabat. Itu artinya sahabatku yang pertama. Dalam 20 tahun kehidupanku yang kelam.

--o0o--

Maka seperti kisah klise lainnya. Mereka bertemu lagi untuk yang kedua kali. Waktu itu mereka bertemu di ujung jalan itu. Tempat pertemuan mereka yang pertama. Mereka akhirnya saling berkenalan. "Nama aku Nayang Pratiwi Kusumah" kata gadis kecil itu. Wanita di depannya itu heran. "Aku tidak punya nama..."

Jumat, 17 Juli 2009

about my broken lovelife

Orang bilang seorang pemenang tidak melakukan sesuatu dengan berbeda. Tapi ia hanya melakukannya dengan cara berbeda. Kata-kata itu akan selalu menjadi motivasi hidup saya pribadi. Tentang hidup yang mandiri. Dan tentang cinta yang lembut dan meyakinkan. Ada tiga aspek yang dapat menyeimbangkan hidup manusia. Itu adalah Hidup, Cinta dan Tawa. Belajar kehidupan dapat mengerti tentang arti dari kehidupan itu sendiri. Tentang cinta, kita bisa menemukan kita. Kita dapat menemukan sisi lain kepribadian kita yang sesungguhnya. Dan tawa, adalah hal yang membuat hidup kita indah dan penuh warna. Saat ini aku baru mengetahui apa arti dari aspek kedua itu. Cinta tidak harus selalu memiliki. Awalnya saya tidak pernah mengerti tentang itu. Baru pertama kali ini saya merasakannya. Biarlah ia bahagia, betapa menyenangkan kalau melihat ia tersenyum. Bukankah dengan melihatnya tersenyum. Kita akan bertambah bahagia melihatnya bahagia. Bukankah orang terlihat lebih tampan/cantik bila ia tersenyum. Maka dari itu bila ia bahagia. Kita harus bahagia juga. Dengan mengerti kebenaran yang sesungguhnya. Itu akan membuat kita lebih lega dan dewasa. Jujur saya baru pertama kali merasakan hal seperti ini. Betapa menyenangkannya melihat ia tersenyum. Walaupun sebenarnya awalnya lumayan sakit juga. Sebenarnya ceritanya seperti ini. Ketika itu saya baru menyadari mungkin! rasa cintanya pada orang itu lebih besar dari rasa cinta saya padanya. Dan dengan mengetahui hal itu sebenarnya. Saya menjadi lebih tenang entah mengapa. Maka dari itu saya mendapat satu pelajaran berharga. Bagi orang-orang yang lain, tolong mengertilah. Karena aspek kedua ini sangat sulit dimengerti. Biarlah aspek ini mengalir lembut dan menghanyutkan. Biarlah kita merasakan keindahannya walau nantinya tak semua dari kita akan merasa bahagia.