Senin, 09 November 2009

ciri-ciri fisik

Heyaaaaah…
Aku kembali lagi kawan-kawan tercintaku!
Pada edisi kali ini yang agak sangat kemaleman gue akan mencoba memberi sedikit penjelasan. Tentang tokoh-tokoh gue. Cuma ada tiga tokoh utama siih!
Tokohnya cowok semua. Tidak ada yang cewek haha maaf ya! Tapi lain kali gue bakalan bikin yang tokoh cewek deeeh. Oke let’s begin our work. Kita akan memulai perkenalan ketiga tokoh kita. Hwahwahwa…

1# Favian
Favian adalah kakak pertama dari ketiga manusia ini. Hyakakak asal tau aja mereka manusia looh. Bukan dewa, binatang apalagi makhluk bernama Flora. Yaah jadi Favian itu, aduh bingung dari mana ngejelasin. Oke baiklah kita mulai aja dari sifat dasarnya aja. Favian itu cerdas, sabar dan bijaksana. Kekuatan utamanya adalah pada sifat sensitifnya. Dia bisa baca pikiran orang lain dan mengendalikannya. Tapi bukan untuk kejahatan. Dia kebanyakan menggunakannya untuk nolong orang lain. Favian itu sabar banget. Ini merupakan salah satu kelemahannya. Dia lebih seneng melihat orang lain senang. Sekalipun itu harus mengorbankan perasaannya (ceilah). Tapi Favian emang bener kayak gitu.

Gambaran fisiknya gue masih belom tau. Tapi mungkin gue mikir Favian itu tinggi kurus. Kulitnya sewarna cream madu. Rambutnya coklat keemasan berantakkan. Diujung rambutnya terbelah jadi dua jadi sedikit kayak rambut gurita. Matanya warna emas cair gelap. Gue menggambarkan benda keramatnya adalah jam pasir. Tapi pasirnya berwarna emas. Tangkai-tangkai jam-nya juga dari emas. Pokoknya Favian itu the God of the Gold.

2# Gazelle

Gazelle itu anak kedua dan paling ganteng. Gue mau bikin Gazelle itu kegantengan dan pesonanya gak tertandingi. Tapi let’s talk about personalize first yuuk. Jadi Gazelle itu pecinta seni dan semua keindahan lainnya. Keahliannya ada di tangannya yang sempurna untuk mencipta keindahan. Dia itu Peace Man banget. Dia suka kelembutan, kesempurnaan dalam seseorang sama keindahan. Kelebihan yang lainnya adalah dia punya seribu pesona yang gak bakal bisa bikin orang gak suka sama dia. Tapi dibalik semua kesempurnaan fisik yang ia miliki. Dia itu narcissi berlebihan a.k.a narsisnya gak ketulungan. Dia terlalu yakin semua cewek pasti takluk dihadapannya. Kecuali satu orang yang bikin dia rela membunuh jiwanya sendiri. Demi gadis itu (alah sok sweet lagi).

Fisiknya Gazelle itu sudah pasti sangat sempurna. Gak ada cacat sedikitpun dan lecet sedikit. Rambutnya kayak kakaknya tapi bedanya dia itu emas kecoklatan. Jadi rambutnya itu sewarna emas banget. Selebihnya tatanan rambut mereka sama. Tinggi mereka hampir sama Favian lebih tinggi dikit. Cuma Favian kurus tapi Gazelle sedikit lebih berisi. Kulitnya putih merona halus, lembut dan wangi bunga alami selalu tercium dari badannya. Matanya sama seperti Favian yang sewarna emas cair gelap. Benda keramatnya adalah Lyre emas tanpa dawai. Tapi kalo dia yang megang dan mainin. Bunyinya langsung mempesona sekaligus menghipnotis. Jadi hati-hati sama Master of Beautiful ini ya!

3# Zephyr

Zephyr ini si bontot pemberontak yang paling nyolot. Tapi dia baik banget looh sebenernya. Kalo udah menyentuh sisi paling sensitifnya. Dia pasti langsung berubah jadi lemah dan kehilangan kekuatan. Kelebihannya adalah pada kematangan, ketepatan, kekuatannya yang gak tertandingi juga kecepatannya. Kekuatannya terdapat hampir diseluruh tubuhnya. Otaknya jago merancang sebuah rencana. Dibarengi kekuatan fisiknya yang prima. Hanya saja kelemahannya dia itu keras hati. Susah dikasih tau kalo udah maunya. Tapi suatu saat nanti kekerasan hatinya itu akan diruntuhkan oleh seorang yang lemah banget. Karena orang itu berani menyentuh kelemahannya yang selama ini disembunyikan.

Zephyr itu fisiknya apa yaah. Dia itu kekar banget tingginya sekitar 198 cm. Kalo udah pake baju zirah dia tambah keliatan kekar. Tapi kalo lagi pake tunik sutra otot-ototnya keliatan menyusut. Zephyr mungkin paling berbeda dari kedua kakaknya. Rambutnya hitam kelam. Kulitnya dulu putih bersih kayak Gazelle. Tapi karena sifat berontaknya kulitnya yang sering terpanggang matahari jadi coklat kemerahan. Matanya emas seperti yang selalu dimiliki ketiga kakak beradik ini. Benda keramatnya adalah sebuah perisai perunggu. Dipenuhi ukiran berbentuk serigala yang ditempa dari emas asli. Mungkin akan jadi sangat berat dan mengganggu untuk manusia biasa. Tapi untuk Zephyr, perisai itu bukan masalah.

sekian penjelasan dari gue, untuk selanjutnya kita akan membahas tentang cewek-cewek mereka ya hoho!

names for myth story

Good name for a Myth Story

Pengetahuan, Wibawa, Bijaksana
Seni, Ketampanan, Pesona
Kekuatan, Kecepatan, Ketepatan


Hello wahaawahaaa, finally I’m done with this unimportant-but-important task. Setelah dua hari mencari nama yang bagus. Akhirnya I’ve decided the best of the best from the besties. Gyahahahaha!!!
Boleh-boleh kasih tepuk tangan meriah untuk saya. Huwahahahaha, setelah melewati masa sulit selama 2x24 jam (terdengar lama kan?). Dibarengi dengan konsul dengan yang lebih ahli soal nama. Alias my lovely adek-adekan also known as Mulia Ade Zulfadlan atau Fadlan. Akhirnya saya menemukan, memilah dan memilih dan memutuskan. Bahwa nama terbaik untuk tokoh utama adalah…
(Lampu boleh redup, musik boleh bermain dengan dramatis)…
Heyaaaaahhhh…
Indonesia memutuskaaaan!!!

Favian, Gazelle, Zephyr

Tunggu font-nya kekecilan coba gedein dikit daah…

Favian, Gazelle, Zephyr

Wooooii masih belom keliatan dudul!

Alah dasar eror masa nge-gedein font aja gak bisa.

Oke kembali dramatis lagi dong!

(Suara drum bergemuruh serta lampu sorot menyorot-nyorot nyari nama!)

Favian, Gazelle, Zephyr

Semoga tepuk tangan membahana -,-!

Oke-oke kembali berserius ria yah kawan-kawan. Jadi gue memilih nama ini tidak sendirian. Sebenernya kebanyakan Fadlan yang milihin. Gue cuma milih nama Gazelle, sisanya yang milih Fadlan. Hyahyahya banyak-banyak terima kasih untukmu ya adikku!
Sekarang pasti banyak yang heran sama arti dari nama ini kan. Iyaiya bakal gue jelasin kook. Ini dia:

1# Favian the God of Education
Sebenernya arti nama Favian bukan pinter atau apapun. Tapi artinya adalah orang yang bijaksana. Gue pingin ngasih citra berbeda aja dari pandangan orang tentang God of Education. Biasanya yang terpikir adalah sosok cendekiawan cerdas. Tapi para cendekian itu harus bijaksana. Kalo cendekiawan gak bijaksana. Berarti dia gak cerdas kan? Yato-Yato?

2# Gazelle the God of Art
Gazelle dipilih soalnya artinya makhluk yang manis, menarik dan luwes. Gue bikin karakter Gazelle sebagai sosok terlemah. Tapi justru paling mematikan dan menghancurkan. Soalnya gue berencana bikin si anak tengah ini. Sebagai sosok lemah tapi daya tariknya kuat banget. Well let’s see next yaw!

3# Zephyr the God of Strong
Zephyr itu bisa jadi nama cewek atau cowok. Sinonimnya Zephyr itu gentle wind atau mungkin angin yang berhembus pelan. Tapi kayak Gazelle dia juga mematikan. Gambaran Zephyr mungkin cowok kekar dan kuat banget. Dia juga cepat dan tepat dalam semua rencananya. Untuk lebih jelasnya kita lihat nanti yaa!

oke jadi itulah tadi sekilas dari penjelasan gue mengenai ketiga anak raja dari kerajaan Fitzpatrick haha. Fitzpatrick ada artinya sendiri looh asal kalian tau aja. Okelah daripada semua males ngebaca blog gue. Kita sudahi tulisan kali ini dengan pembacaan hamdalah. Oke see you next chapter yaaa!

Sabtu, 31 Oktober 2009

Buku bagus buat anak tengil

hei semuanya hwhwawha udah lama banget gue gak ngurusin nih blog. Berhubung gue lagi internetan gratis. Sekarang timing-nya tepat banget. Untuk mengarang sebuah tulisan yang gak penting. Jadi sekarang gue akan menceritakan sebuah kisah dalam hidup gue yang gak penting. Jadi sekarang gue lagi ada di rumah neza. Rumahnya seru parah, kayaknya sih gue yang norak aja. Tapi emang bener rumahnya neza sangat besar dan lengkap. Wakwakwak. Lalu sementara teman-teman gue pada asyik syuting. Gue yang gak kebagian take hari ini karena partner gue a.k.a sari tidak datang. Sebenernya bagian gue juga gak penting sih haha (gak usah dibahas). Come back to the inti jadi tadi gue baru membaca sebuah buku. Judulnya M.B.A hahaha. Bukunya yang gue kira bakalan alay dan bokep. Ternyata gak juga looh. Bukunya sedikit sweet dan banyak kata-kata mutiaranya. Wajib baca buat anak yang punya masalah seks agak parah. Atau terlalu penasaran. Mending baca buku ini aja haha biar gak penasaran. Jadi cuma itu saja yang gue ceritakan disini. Gak penting banget kan?
Ok kurang lebihnya mohon maaf ya haha soalnya agak gj. Daripada gak ngurusin blog sama sekali. Mending kita meng-gj ria. Yagak-yagak?

Selasa, 15 September 2009

my trully nightmare

Cerita ini merupakan cerita tentang mimpi gue. Sebenernya ini pertama kalinya gue dapet mimpi horor sadis. Jangan ditanya rasanya kayak gimana. Udah pasti bikin jantung stress dan gangguan lainnya. Malangnya setting tempatnya di sekitar sekolah gue dan kamar mandi gue tercinta. Mangkanya masih ada rasa trauma kalo kesana.

Mimpi awalnya mengambil set tempat di taun ’45-‘50an. Gak jelas kenapa pokoknya awalannya gue ada di tengah utan. Bareng adek-adekan gue yang baru. Namanya Fadlan. Dia narik-narik gue sambil bilang ‘terus jalan…terus jalan!” gitu kalo gak salah. Terus anehnya pakaian dia tuh pakaian oldies style gitu. Kemeja putih dan celana panjang gak jelas warnanya apa.

Gue yang cuma jb mimpi doang gak ngerti apa-apa dan ketakutan sendiri. “Nih anak mau ngapainin gue!” gitu pikir gue. Tapi karena gak bisa ngapa-ngapain lagi. Dengan berat hati gue mengikuti alur cerita mimpi gue. Pokoknya abis itu gue ngerasa ada banyak yang ngikutin. Mukanya kayak cina-cina glodok gitu. Kalo gak salah sih tentara. Soalnya bawa tembakan. Terus gue syok dan mulai teriak-teriak gak jelas.

Anehnya walau gue udah teriak-teriak. Fadlan tetep kekeuh gak ngaruh sama sekali. Dia terus narik gue untuk terus jalan. Sementara malem kayaknya gelap bener. Gak ada obor sama sekali. Gue akhirnya kecapekan dan protes ke Fadlan. “Kok gak brenti-brenti sih?” begitulah pertanyaan gue. Lalu dijawab dengan skenario Fadlan yang telah ditetapkan dalam dunia perfilman mimpi. Yang sama sekali tidak nyambung sama pertanyaan gue. Adalah….

“Lo tetep harus lari gak boleh brenti. Gue cuma bisa nganterin lo sampe sini. Gue harus balik, temen-temen nungguin gue!” begitulah kata-katanya. Gue stress banget denger jawabannya. Perasaan ini taun ’50an kok ngomongnya udah gue elo. Terus kok dia mau balik, mau balik kemana maksudnya. Daripada gue bingung dan gak mudeng. Serta masih ngawang apakah gue bener-bener mimpi atau nggak. Gue ‘iya-iyain’ aja perkataan Fadlan. Sementara (entah ini akibat animasi mimpi atau enggak) muka Fadlan udah sok ngos-ngosan dan berdarah-darah. Pokoknya cerita semakin gak jelas. Karena gue gak mudeng kalo ini cuma mimpi.

Lalu setelah itu gue meringkuk aja dibawah semak-semak. Takut ada uler sih tapi gue gak ngerasa sakit waktu kena duri rumput. Lalu gue mendengar ada bunyi mbledos dari arah balikan gue. Gue gak ngerti itu balon pecah atau pistol atau whatever. Pokoknya suaranya kenceng dan memekakkan telinga. Abis itu tiba-tiba gelap dan gak jelas.

Pas gue bangun dalam mimpi. Pokoknya gue udah dikamar tidur gue. Terus ada yang masuk ke kamar mandi gue. Ternyata tante gue, pas gue liat jam. Ternyata udah lumayan telat. Gue lalu protes ke tante gue karena main serobot giliran mandi orang. Lalu entah kenapa bila dalam kehidupan sebenarnya. Tante gue berwajah jutek dan menyeramkan. Kali ini ia lebih lembut, tabah dan menyenangkan. Mungkin karena efek dramatisasi mimpi kali ya!

Lalu gue masuk kamar mandi dan berniat cepat-cepat mandi. Gue melepas kaos gue dan ngerasa ada tiga pasang mata (mulai mistis) menatap gue. Tapi namanya orang dikejar waktu pasti gak ngerasain. Pokoknya gue mandi aja dan sekolah. Tapi tiba-tiba ada yang aneh. Pas gue udah selesai mandi. Seperti biasa gue membawa kaos dan celana bekas beserta jajarannya keluar. Tapi pas gue lagi ngejembreng kaos bekas pakai gue. Ada darah dari leher sampe dada di kaos bekas pakai itu. Udah pasti gue syok dan menjerit-jerit. Sampe nyokap gue ngira ada apa.

Tapi entah kenapa gak ada seorangpun yang menganggap serius. Karena semua orang udah stress takut telat. Akhirnya gue nyampe di sekolah. Di sekolah gue gak menemukan tiga sosok orang yang mukanya familiar banget. Yaitu tiga orang anak cowok. Ada Feisal, Fadlan dan Alvian. Gue nanya ke temen gue tentang tiga anak ini. Tapi jawabannya selalu sama. “Siapa tuh, mana ada orang namanya itu di sekolah!” atau “Feisal, Faishal kali ada!” begitu jawabnya.

Karena gue ngira semuanya pada mau iseng sama gue. Gue tetep menolak untuk percaya pada cerita dan alasan yang telah diberikan. Lalu setting cerita berubah di Langsat Corner. Restoran itu merupakan tempat mangkal anak-anak sekolah gue. Karena makanannya enak dan murah. Ceritanya gue hari itu mau berangkat BP. Alias Bintang Pelajar tempat bimbel. BP tempatnya dideket Langsat Corner.

Awalnya entah kenapa tiba-tiba ada nyokap gue. Dia terlihat bergaul ria bersama teman-teman gue. Lalu gue menghampiri nyokap gue. “Mbak ayo pulang aja!” gitu katanya. Mistis banget gak sih. Biasanya nyokap gue paling rajin ngingetin bimbel. Tapi dalam mimpi gue dia malah ngajakin gue pulang. Dan gue sih ikut-ikut aja soalnya males BP.

Anehnya gue sama nyokap gue gak masuk mobil. Nyokap gue ngajakin gue beli sesuatu di deket restoran Tomodachi. Pas gue ngeliat ke arah Tomodachi dan jalan seterusnya. Yang gue liat itu suasana mendung banget dan kabut dingin. Gue mulai merasa ada yang gak beres. Gue langsung gak setuju sama nyokap gue.

“Bu, gak mau aah serem banget takuuttt!” seru gue. Nyokap gue gak berkutik dia cuma narik tangan gue. Terus maksa jalan, kayak gak liat ada kabut. Terus pas baru beberapa langkah. Gue kesandung konblok yang udah lepas. Gue udah mikir ini pasti tanda-tanda nih. Pas gue bilang ke nyokap. Dia malah gak percaya, “Alah perasaan mbak aja kali!” gitu ucapnya. Singkat, padat, dan jelas.

Terus pas nyebrang, gue merasa jalanan yang tadinya lebar. Jadi menyempit banget dan gue merasa nyokap gue udah gak ada lagi. Kabut disekeliling gue semakin menebal dan bikin sesek nafas. Lalu gue mulai ngerasaiin yang namanya jelas. Itu suara nyanyi jelas banget. Kayak berasal dari dunia asli aja. Awalnya gue gak jelas dengernya apa. Tapi tiba-tiba tiga sosok putih dengan baju oldies. Berkelabatan di sekeliling gue. Gue yakin banget mukanya tiga orang tadi. Cuma yang keliatan jelas cuma Fadlan.

Pokoknya akhirnya gue dikejar sama tiga hantu tadi. Nyanyiannya semakin jelas dan kenceng. Suaranya suara Fadlan banget. Bunyinya begini:
“Jangan pergi Pinka. Teman untuk selamanya. Teman gak pernah berpisah. Satu mati, semua harus mati. Lo harus matiii!”

Tiba-tiba tiga sosok itu nyerang gue. Mereka mukanya udah kayak Dementor nyasar ke Labschool. Terus tiba-tiba gue kayak dapet pengelihatan. Gue ceritanya kembali ke taun ‘50an. Terus pergi kesebuah ruangan mungkin bawah tanah. Terus ruangannya itu penuh banget sama orang-orang. Gue masih inget udaranya yang pengap banget. Gue udah gak tahan disana. Sampe gue ngeliat tiga orang yang sangat gue kenal. Lagi dipukulin sama orang-orang sipit.

Sialan banget, gitu umpat gue dalam hati. Gue gak bisa ngomong karena di mulut gue ada sesuatu yang mengganjal. Terus gue merasa kayak dipaksa jalan. Gue gak bisa ngeliat apa-apa lagi. Karena tiba-tiba ada tangan seseorang yang mencengkeram gue. Lalu gue ngerasa melayang.

Akhirnya pemahaman akan mimpi terbuka. Gue sadar kalo tangan yang mencengkeram gue itu Fadlan’s Hand. Lalu semua kembali seperti awal kejadian. Dia narik-narik gue diiiringi teriakan-teriakan heboh cina/jepang itu. Lalu tanpa dijelaskan lagi. Gue tahu kalau kayaknya gue mimpi balik ke masa perjuangan. Kita berempat, ternyata temen satu perjuangan. Para cowok-cowok lagi ditangkepin karena bikin organisasi pemberontakkan. Sementara yang cewek gue gak tau bakal diapain.

Lalu misteri soal darah di leher itu. Mungkin karena meninggalnya para pejuang. Secara syahid dengan digorok lehernya. Karena ketika gue didatengin ketiga sosok hantu itu. Baju bagian leher mereka yang putih bersih. Ada kayak aliran darah yang membuat noda di bagian leher baju mereka. Innallillahi, semoga arwah para pejuang diterima di sisi Allah dengan layak dan penuh penghormatan.

Sekian cerita mimpi gue yang aneh bin ajaib ini. Kappa-kapan kalo gue dapet wangsit yang aneh-aneh lagi. Gue bakal nyeritain ke kalian kok!

Kamis, 13 Agustus 2009

The Next

Bandara Soekarno-Hatta
21.00 P.M.
Jakarta, Indonesia
“Benar kamu akan pergi sal?” tanya Alvina pada Fellisha pada akhirnya. Fellisha tidak menjawab, tidak juga menghiraukan. Ia hanya tersenyum manis lalu menarik gagang kopernya. “Berangkat dulu mas!” ujarnya. Alvina bangkit dari kursinya dan membalas sungkeman penuh hormat sahabatnya itu. Mereka berpelukan sesaat lalu saling melambaikan tangan. Lalu Fellisha beranjak menuju pintu gerbang keberangkatan Internasional. Temannya melambaikan tangannya sekali lagi. Kali ini kesedihannya tidak dapat dibendung. Pria itu menangis.
Los Angeles
24.00 P.M.
U.S.A
Sekali lagi malam terlewati di kafe temaram itu. Saat ini seorang penyanyi klab itu tengah menyelesaikan lirik terakhir lagunya. Fellisha yang tengah duduk diantara hiruk pikuk penonton berkali-kali melirik kursi di sebelahnya. Pria itu, yang telah selama kurang lebih sebulan ini menjadi bosnya. Fellisha melirik gelisah pria itu sekali lagi. Namun sepertinya pria itu tidak merasa terganggu.
Karena ia tengah berbincang-bincang dengan beberapa rekan bisnisnya. Letih merasa tidak dihiraukan. Fellisha akhirnya memilih melihat penyanyi berikutnya bernyanyi. Rupa penyanyi itu begitu cantik. Mengingatkan pada seorang aktris cantik Ibukota Amerika ini. Megan Fox. Ia menyanyikan lagu Rock. Lagu itu tidak terlalu mengena di kuping Fellisha. Karena baru sebulan ia tiba di negeri Paman Sam. Namun ketika melirik pria disebelahnya sekali lagi. Ia berusaha menikmati alunan lagu itu.
Kafe ini adalah kafe sekaligus klab malam paling tersohor di Amerika. Disebut begitu karena penampilan para penyanyi yang begitu dashyat. Sebenarnya semua penyanyi wanita itu dulunya waria. Namun oleh sang pemilik kafe. Dirubahnya para waria yang ingin menjadi wanita tetapi tidak memiliki modal. Praktek ini sebenarnya dilarang dalam hukum. Cara pendanaan bagi para waria juga bisa disebut ‘haram.’ Karena tidak jelas asal-usul dana itu. Tapi terbukti bahwa manusia pada umumnya lebih mementingkan kesenangan daripada kehalalan suatu benda.
Penyanyi yang mengaku sebagai Megan Fox itu mengakhiri lagunya. Sambutan meriah dari para hadirin menggema diseluruh ruangan kafe. Felissha ikut bertepuk tangan keras. Terbayang di dalam benaknya. Suatu hari nanti akan ada tempat khusus dirinya di panggung itu. Terbayang bagaimana rupa pria itu bila melihatnya bernyanyi. Kali ini ia tidak kuasa lagi menahan kantuk.
Diliriknya pria itu yang juga tengah mengamatinya. “Pulanglah, kalau kau sudah tidak kuat!” ujarnya. Fellisha menggeleng mencoba meyakinkan. Namun sepertinya pria itu tahu. “Aku belum mengantuk!” ujar Fellisha sekali lagi. Ketika pria itu beranjak dari kursi lalu menghampirinya. “Ayolah kita pulang saja. Aku juga sudah mengantuk!” sahut pria itu. Felissha tidak dapat menolaknya. Ia hanya mengikuti pria itu keluar klab.

Sabtu, 08 Agustus 2009

Cerita tentang Mata

“Anak-anak kelas 10 sampai 12 tolong baris sesuai kelas!” seru suara parau itu dari Toa. Philia cepat-cepat menarik tasnya yang berat itu kembali ke pundaknya. Akibat pergerakan yang tiba-tiba itu ia menabrak seseorang. “Maaf!” pekiknya ketakutan. Saat itu yang ada dalam bayangannya adalah seorang OSIS yang galak. Ia menatap sosok anak laki-laki jangkung itu. Wajahnya begitu putih pucat dan lingkaran matanya sangat tebal. Sosok itu terlihat cemerlang dibawah sinar matahari. “Maaf,” ulangnya sekali lagi tapi sosok itu tak menyahut. Ia lantas pergi begitu saja.
Philia lalu kembali ke alam sadarnya. Ia berjalan menuju kelas 11 IPA 1 yang terletak ditengah barisan. Ketika ia sampai di tempat seharusnya. Sudah hampir saja upacara penyambutan murid baru dimulai. “Huh untung aja sampe tepat waktu!” ujarnya dalam hati. Lalu kembali menikmati sengatan panasnya matahari. Karena upacara dimulai pukul 8 pagi. Hal itu tentu saja membuat Philia gerah. Ingin cepat-cepat kembali ke halaman sekolah yang rindang.
Phillipha Septiana Astara nama panjang dari Philia. Gadis itu baru saja memasuki SMA barunya di kota tersebut. Sebelumnya ia tinggal di Jakarta. Ayahnya adalah seorang ilmuwan yang suka berpindah tempat. Norman Phillius Astara. Ia seorang ilmuwan yang sangat cakap dan brillian. Saat ini baru sekali orang Indonesia yang dapat mematenkan hak ciptanya di kancah Internasional. Ia adalah orang pertama yang membuat vaksinasi terhadap virus H1N1.
Oleh karena itu nama keluarga Astara sudah cukup dikenal. Apalagi dengan torehan prestasi abang tunggal Philia. Panggilannya Rifa. Nama panjangnya Rhiphanna Phillius Astara. Nama-nama dari keluarga Astara memang cukup unik. Bukan karena mereka keturunan orang asing. Tapi mereka hanya suka membuat nama mereka unik. Alasan yang simpel tapi cukup membuat orang berkata. “Aah…”
Rifa adalah pemain basket TIMNAS Indonesia. Sejauh prestasinya ini ia telah mendapat penghargaan “Best Young Player” dari NBA. Walau aktif dalam dunia perbasketan. Saat ini ia masih tecatat sebagai mahasiswa kedokteran UI. Karena ia masih sibuk berkuliah ria. Itu sebabnya ia tidak mengikuti ayahnya. Dalam membuat sebuah cabang Laboratorium baru. Ayah Phillia memang tengah mengembangkan proyek baru. Ia sedang membuat Lab canggih di dekat ITB. Itulah sebabnya mereka pindah ke Bandung.
Akhirnya upacara pada hari senin selesai. Phillia kembali duduk di bawah naungan sebuah pohon Beringin besar di taman sekolah. Saat ini ia sedang menunggu panggilan dari kepala sekolah. Untuk memperkenalkannya pada murid sekelasnya. Kedua pria yang ditunggu kehadirannya oleh Phillia tiba. Mereka mengajak Phillia ke sebuah kelas yang terletak di ujung koridor.
“Phillipa, tunggu sebentar disini kalau bapak suruh kamu masuk. Kamu baru boleh masuk ya!” ujarnya memberi intruksi. Phillia menggangguk kikuk. Perasaan ini menyerangnya, sangat kuat. Belum pernah ia menjadi murid baru seumur hidupnya. Rasanya perut Phillia seperti dihantam ombak keras. Sehingga seluruh isinya menjadi kacau balau lagi. Padahal tadi telah ditenangkan beberapa kali olehnya.
Ketika Pak Kepala sekolah memberinya perintah masuk. Ia menjinjing tasnya dengan canggung. Ia memasuki ruang kelas itu dan matanya terpancang pada satu sosok. Sosok itu adalah sosok yang tadi ia lihat. Kali ini ia bisa melihat wajahnya lebih jelas. Kulit pucatnya tidak berkurang malah semakin terlihat. Ia duduk sendirian di paling belakang barisan, tengah mengamatinya dengan seksama.
Sentuhan pelan dari Pak kepala sekolah membuatnya tersadar. Ia tergagap bangun dari lamunannya. Lalu ia mengeluarkan suara berdecit dan serak. Hal paling memalukan dalam hidupnya. “Na…nama saya Phillipa Septiana Astara. Saya dari Jakarta, sa…saya mohon dapat bantuan dari teman-teman. Terima kasih!” ucapnya keburu-buru. Ia bahkan lupa mengucapkan salam pembuka dan penutup. Genderang dalam jantungnya bertalu-talu begitu keras. Sehingga ia tidak dapat mengingat apa-apa.
Ia menatap lurus ke belakang kelas. Suasana kelas yang sedari tadi khidmat dan tenang. Menjadi penuh dengan dengung bisikan dari tiap mulut. Tidak ada banyak hal yang didapat Phillia. Ia hanya berdiri tegak, kaku dan canggung. Seakan ada pancang kasat mata yang membuatnya tetap berdiri. Ketiga guru yang berada di depan kelas berusaha mendiamkan. Sampai ada satu tangan terancung. Suasana kelas menjadi diam seketika. Guru-guru tersenyum senang.
Phillia dapat melihat pemilik tangan itu. Ia adalah sosok pucat dan aneh tadi. Ia berdiri dan semua mata tidak berani melihatnya. Beberapa bahkan sok sibuk sendiri. Ia bertanya dalam suara yang aneh. Sama anehnya dengan wajahnya yang pucat. Suaranya begitu berat dan dalam. Mengingatkan Phillia pada seseorang. Buru-buru ia menepis pikiran itu. Ia lalu terfokus pada anak laki-laki itu. Mendengarnya mengajukan pertanyaan.
“Phillia Astara adiknya Riphanna Astara?” tanyanya singkat. Phillia seakan merasa beban berat yang sedari tadi menggelayuti perutnya lepas. “Pertanyaan bodoh dari orang tak berotak macam apa itu?” candanya dalam hati. Ia ingin melepaskan tawanya yang terkumpul di ujung bibirnya. Tetapi kelas tetap saja hening tak bersuara sama sekali. Hingga Phillia diperbolehkan menjawab pertanyaan ajaib itu. Dengan satu anggukan ia menjawab. Kali ini lebih rileks. Laki-laki itu hanya mengangguk mengerti.
Setelah sepuluh menit perkenalan. Kedua pria yang membawa Phillia masuk kelas meninggalkan Phillia. Guru kelasnya yang tengah mengajar. Seorang wanita muda tersenyum padanya. Ia mempersilakan Phillia duduk di kursi belakang yang kosong. Tepat disebelah anak laki-laki pucat itu. Selama ia berjalan menuju tempat yang dipersilakan. Ia melihat banyak mata terpancang padanya. Termasuk mata sayu laki-laki itu. Dari balik kantung matanya yang tebal. Ia mengamati setiap senti tubuh Phillia. Phillia merasa sedikit risih namun dihiraukannya.
Bel istirahat pertama berbunyi nyaring. Anak laki-laki itu langsung bangun dan keluar kelas. Seperti biasa ia selalu sendirian. Sosoknya terlihat tinggi diantara yang lainnya. Namun begitu kurus dan pucat. Setelah kepergiannya. Beberapa anak perempuan mengelilinginya. Salah seorang dari mereka menatap Phillia lekat-lekat seakan ia monster.
“Lo mau dipanggil apa sama kita?” tanya anak perempuan itu ramah. Saat itu tempatnya telah dikerumuni oleh sekitar empat orang perempuan. “Phillia… Phillia saja!” katanya singkat. Anak-anak perempuan lain mengangguk. “Nama gue Sita!” ujar anak perempuan ceking itu. Yang lainnya berebutan memperkenalkan diri. Ada empat nama yang didapat Phillia hari itu. Mereka adalah Sita, Arfi, Defa dan Rinan.
“Lo hebat bisa duduk sebelah Dian. Emh maksud gue Diandra!” ujar Rinan. Kening Phillia berkedut heran. “Diandra yang duduk sebelah gue. Emang kenapa?” tanya Phillia polos. Mereka berempat saling berpandang dan berkedut ngeri. “Yaah dia agak… eh ya gitu agak Freak” jelas Sita. Phillia mengangguk-angguk mengerti. “Emang aneh kenapa?” tanyanya lagi. Kali ini Defa yang menjawab. “Dia punya kekuatan aneh gitu. Kayak semacam supranatural gak jelas. Tapi Diandra ringkih banget mungkin karena kekuatannya kali ya!” jawabnya. Phillia tersenyum kikuk agak tidak percaya.
“Tapi tenang aja dia diem banget lo!” timpal Arfi yang dari tadi hanya diam. Phillia mengangguk-angguk berterima kasih. “Padahal kelas kita tanpa Diandra aja udah dikenal aneh dan terisolir. Tapi malah ketambahan anak aneh kayak dia. Untung ada lo Phill pasti anak-anak lain udah pada nyebar gosipnya. Pas seminggu sebelum lo dateng. Semua udah pada heboh ngebayangin ada anak keluarga Astara dateng kesini. Terus kita seneng banget dapet lo. Soalnya kelas 11 IPA 1 udah diisolir banget. Katanya kita anak-anak sok kepinteran and bla…bla…bla!” cerocos Arfi.
“Eh, shht orangnya dateng tuh!” bisik Defa angkat bicara. Satu persatu dari mereka kembali pelan-pelan ke kursi masing-masing. Tepat saja tebakan Raiya. Diandra sudah kembali ke kelas. Ia membawa kotak bekalnya yang kosong. Saat itu suasana kelas sudah sepenuhnya kosong. Hanya ada lima anak perempuan itu serta Diandra. Diandra berjalan timpang ke arah tempat duduknya. Keempat teman baru Phillia memberinya isyarat untuk mengajak keluar. Tetapi Phillia hanya tersenyum lalu menunjukkan kotak bekalnya yang berisi roti isi.
Mereka menunjukkan tampang khawatir. Tetapi Phillia hanya tersenyum sekilas menenangkan. Lalu mereka bergegas keluar kelas. Diandra duduk disampingnya dan menatapnya canggung. “Kamu gak ikut keluar?” tanyanya lagi dalam suara dalamnya yang berat. Phillia menggeleng dan membuka buku novelnya. “Nama aku Muhammad Diandra Zulfansyah Arifin” ujarnya sekilas. Phillia menoleh, pikirannya menerawang. Ia teringat kata-kata Arfi yang mengatakan ia sangat pendiam.
“Diandra kamu gak makan sama temen-temen yang lain?” tanya Phillia iseng. Ia menoleh dengan kening berkerut. “Jangan panggil Diandra. Panggilan Andra!” ujarnya tajam. Phillia menelan ludah ketakutan. Matanya tajam sekali ditambah dengan lingkaran mata itu. “Maaf!” ucap Phillia serak karena ketakutan. Andra hanya mendengus dan membaca buku tebalnya.
Dalam hati, Phillia mengutuk keras dirinya sendiri. Karena tidak mengikuti teman-temannya keluar. Sekarang suasana kelas benar-benar sepi. Hanya ada tarikan kuat nafas Phillia. Andra disampingnya hanya sesekali berdeham. Sudah berulang kali Phillia mencoba keluar kelas. Tetapi seperti sebuah medan magnet. Ia tertarik untuk tetap duduk disamping Andra. Hingga bel tanda masuk berbunyi. Satu persatu temannya memasuki ruang kelas. Hatinya kini menjadi sedikit lega.
--o0o--
“Lo hebat banget sih Phill bisa duduk sama Andra tanpa terganggu. Kalo gue sih udah males kali dari awal-awal!” ujar Rinan. Ketika itu mereka telah selesai sekolah. Phillia mengajak empat teman barunya itu ke rumah. Sekalian silahturahmi begitu. “Yah tapi dia kayaknya emm… lumayan kok gak jelek!” ungkap Phillia malu-malu.
“Bukan masalah itu kali Bu. Andra itu gak jelek sama sekali. Malah dia yah dia ganteng kok. Tapi coba lo tau tentang kemistisan dia. Pasti lo mikir lagi!” timpal Arfi. “Dulu kedatengan Andra tuh kayak kedatengan malaikat. Dia sempurna banget. Pinter, ganteng, tinggi, putih. Uaah bangga banget bisa sekelas. Tapi dia kayaknya gak suka kalo kita deketin. Sukanya sendirian, gak mau dideketin cewek” sahut Sita membenarkan. Di dengar dari kata-kata Sita, sepertinya ia tampak sakit hati.
“Emang dia mistis kenapa sih. Kayaknya dia cuma suka sendirian?” tanya Phillia. Disambung dengan menggigit keripik balado-nya. “Yah tak taulah dia gak pernah cerita dia anak siapa. Keluarganya gimana, tapi sih kayaknya anak orang kaya. Soalnya selalu dianter jemput pake Porsche-nya. Selebihnya gak jelas gitu!” jawab Defa. Ia tampak sedikit menyernyit karena keripik balado yang digigitnya pedas.
“Eh terus tadi pas gue panggil dia ‘Diandra’ dia langsung marah!” cerita Phillia. Teman-teman yang lainnya terkikik. “Diandra ‘kan nama cewek bu jelas aja marah!” celetuk Rinan disela-sela tawanya. Phillia mengerutkan kening, heran bercampur malu. “Kok kalian tenang-tenang aja manggil dia Dian atau Diandra. Kok gak bilang-bilang gue kalo dia maunya dipanggil Andra” rajuknya.
“Seneng aja ngeliat dia marah. Lagian dia cocokan dipanggil Dian. Lebih mirip cewek sih. Tau gak sih, dia tuh gak pernah ikut olah raga. Katanya dia ada salah posisi tulang atau apa gitu. Pokoknya banci banget deh” beber Defa. Sementara yang lain membenarkan. “Masa segitunya sih kok bisa-bisanya tulangnya salah. Apa maksudnya kok aneh gitu sih?” tanya Phillia heran.
“Ya gitulah haha dasar anak aneh. Jangan lupa besok bawa baju olahraga ya!” ujar Sita memperingatkan. Phillia mengangguk patuh, maklum anak baru. Udah dapet temen aja udah seneng. Begitulah pikir Phillia. “Eh nama belakangnya kan Arifin. Pasti dia dari keluarga Arifin atau nama bapaknya gitu. Pasti kalian tau kan?” tanya Phillia lagi. “Aah kita mah gak ngurusin hal begituan. Lagian dia udah cukup aneh. Daripada kita dikatain tambah aneh. Mending kita diemin dia aja!” jawab Defa asal.
--o0o--
Esok harinya, seperti biasa Phillia bangun pukul lima pagi. Selepas shalat shubuh, mandi dan sebagainya. Ia berangkat ke SMA Ciptra Ibu Ayah alias sekolahnya diantar supir pribadinya. Tetapi pada setengah pelajaran menuju sekolah. Tiba-tiba perutnya mual dan kepalanya pening sekali. Akhirnya mobil mercy-nya yang sudah dilap mengkilat. Menjadi kotor oleh muntahannya. Pak supir yang sering dipanggil Pak Kus tersenyum getir melihatnya.
Alhasil pada pelajaran olahraganya yang pertama pada jam pelajaran pertama. Tidak diikutinya dengan berat hati. Beberapa anak laki-laki yang sok kenal sok usil padanya mengejeknya. “Ciee gak olahraga nanti bareng Dian deh beduaan. Wah kayaknya mereka janjian gak olahraga nih!” begitu salah satu bunyinya. Phillia hanya diam tak menghiraukan. “Paling-paling mau caper,” begitu pikirnya.
Ketika mereka semua pindah ke Hall untuk berolahraga. Phillia tidak mampu mengikutinya. Ia hanya tertatih-tatih menuju UKS karena rasa sakit di perut dan kepalanya menyerang kembali. “Ini pasti PMS,” ujar ibu penjaga UKS ramah. Phillia mengangguk lemas, sambil tetap meminum Kiranti-nya. “Kamu istirahat dulu ya. Kalau ada apa-apa pencet tombol emergency saja. Ibu harus ke ruang guru dulu karena ada urusan. Kamu berani kan sendirian disini?” tanyanya. Phillia kembali mengangguk lemah. Perempuan itu bergegas mengepak semua barangnya. Setelah tersenyum ramah pada Phillia yang terkapar lemah di kasur. Ia bergegas keluar UKS.
Phillia mencoba memejamkan matanya namun tak bisa. Rasa sakit itu kembali menyerangnya. Rasanya sakit sekali, pelajaran olahraga berlangsung selama 2x45 menit. Sayup-sayup ia dapat mendengar suara pantulan bola basket. Teriakan-teriakan temannya. Serta alunan lagu dari sebuah piano. Kali ini Phillia merasa tubuhnya melayang. Suara piano itu begitu lembut dan indah. Ia belum pernah mendengar instrument piano ini sebelumnya. Nadanya bercampur-campur, ada lagu Autumn in My Heart, lagu-lagu semacam Lullaby dan Nada-nada tak beraturan lainnya yang dirangkai hingga menjadi satu kesatuan yang indah. Tak lama kemudian ia telah tertidur nyenyak. Mimpi tentang seorang pria yang selama ini mengusik pikirannya. Farhiz.
Ketika bangun, ia mendapati rasa sakit itu telah menghilang. Alunan piano itu masih terdengar. Pelan-pelan ia memakai selop khusus untuk UKS-nya. Ia turun dan pergi keluar UKS. Nada-nada itu seakan menyihirnya. Ruang UKS dan ruang musik bersebelahan. Ketika Phillia mencoba membuka pintu yang ternyata tak terkunci. Gagangnya berderit cukup keras. Ia mendorong pintu itu dan melihat ke dalam.
Dilihatnya ruangan itu kosong melompong. Kelambu Piano yang berada di tengah ruangan besar itu menjuntai dari kursinya ke lantai. Piano itu tidak tertutup, menandakan habis dipakai seseorang. Phillia mendekati piano itu takut-takut. Diatas kursi itu ada sebuah kertas not-not piano. Phillia mengambil kertas lusuh itu. Lagu itu tidak diketik tetapi ditulis tangan. Phillia menarik kesimpulan bahwa lagu yang tadi dimainkan merupakan ciptaan pemain piano yang tadi. Berarti pemain itu sangat pandai. Buktinya lagu tadi terdengar sangat indah. Mana mungkin ada yang dapat menciptakan lagu seperti itu.
Phillia berjalan mengitari ruangan. Melihat-lihat apakah ada tanda kehadiran Sang pemain piano. Ketika ia melewati jendela. Ia baru menyadari bahwa jendela itu tidak tertutup. Tirainya melambai-lambai seakan memberi petunjuk pada Phillia. Ia mendekati jendela itu dan melongok untuk melihat keluar. Dibawah sana terdapat banyak tanaman. Ia merasa ada sesuatu memperhatikannya dari bawah sana. Tapi ia tidak melihat apa-apa disana. Akhirnya ia putus asa dan mulai mengedikkan bulu kuduk. Ia akhirnya kembali ke ruang UKS.
Jam menunjukkan bahwa ia telah berada disana selama 80 menit. Itu berarti mungkin teman-temannya sedang berganti baju. Ia bergegas menggendongkan ranselnya. Lalu keluar UKS lagi. Tidak ada tanda kehidupan di SMA itu. Pasti semua orang tengah sibuk pada pekerjaannya. Murid-murid tengah berada di kelas. Sementara para guru sibuk mengajar. Ia melangkah menuju toilet anak perempuan. Pasti disana ia akan menemukan teman-temannya.
Tepat sekali dugaan Phillia. Ketika ia mencoba mendorong pintu toilet. Ia seperti menabrak seseorang. Beberapa anak yang berada di dalamnya terlonjak kaget. “Misi…maaf misi…maaf ganggu nih. Sori…sori!” ujarnya setiap kali menabrak orang. Teman-teman yang lainnya tersenyum ramah dan mempersilakannya. Hingga akhirnya ia menemukan keempat temannya. Mereka tengah mengobrol seru. Lalu Defa menyadari kedatangan Phillia.
“Phillia lo udah sembuh?” ujar Defa. Phillia mengangguk senang dan tersenyum. “Lo gak berduaan sama Andra kan?” celetuk Rinan. Phillia mendengus kesal. “Gua aja gak liat dia dimana!” jawabnya kesal. Sementara keempat temannya tertawa cekikikan. “Sabar ya, dia emang suka ngilang. Lo tadi di UKS kan?” tanya Sita. Ia tengah membetulkan letak rok abu-abunya. Phillia hanya menjawab dengan satu anggukan. Teman-teman yang lain serempak membentuk huruf O besar dimulut mereka.
--o0o--

Kamis, 30 Juli 2009

memory from the past

memory itu kini selalu menghantuinya. Sekeras apapun ia mencoba menampik. Kini seluruh saraf dalam tubuhnya mendenyutkan kenangan itu. Sebesar itulah kenangan itu selalu mengganggunya. Mengalir bersama tiap tetes darahnya. Berhembus disetiap helaan nafasnya. Kenangan, tidakkah kau lelah untuk mengganggu perempuan itu. Ia masih muda dan sehat dalam fisik. Tapi pikirannya berontak lelah. Mau bagaimana lagi, toh pikirannya sendiri yang ingin begitu. Andai saja ia bisa keluar dari kenangan itu. Lalu kembali dalam kehidupannya di masa sekarang. Tidakkah itu lebih baik adanya. Indah damai kehidupannya akan semakin terasa.

--o0o--

Perempuan itu kutemui di ujung jalan. Tengah bersenandung riang seraya bukunya di goyang-goyangkan ke depan kebelakang. iPod menemani setia kedua telinganya. Perempuan itu cantik, tinggi, langsing dan muda. Ia terlihat begitu bahagia. Aku mengaguminya dari pertama kulihat. Tapi kenapa dia, setelah kudekati. Mengapa pipinya cekung dan kantung mata di pelupuknya terlihat tebal. Tidakkah seharusnya ia terlihat cantik. Bilakah tanpa kedua masalah itu.

--o0o--

Aku bertemu gadis kecil itu. Memakai seragam SMP dan terlihat kikuk. Ia masih sangat belia dan suci. Betapapun ia terlihat begitu mengagumiku. Aku masih merasakan tatapan kagumnya. Bahkan ketika ia telah membelok ke ujung jalan itu. Mengapa gadis sepolos dia bisa mengagumiku. Tapi aku sepertinya ingin bertemu lagi dengannya. Bertegur sapa dan saling berkenalan. Aku mengaguminya dan kurasa ia juga mengagumiku. Aku merasa kita akan jadi sahabat. Itu artinya sahabatku yang pertama. Dalam 20 tahun kehidupanku yang kelam.

--o0o--

Maka seperti kisah klise lainnya. Mereka bertemu lagi untuk yang kedua kali. Waktu itu mereka bertemu di ujung jalan itu. Tempat pertemuan mereka yang pertama. Mereka akhirnya saling berkenalan. "Nama aku Nayang Pratiwi Kusumah" kata gadis kecil itu. Wanita di depannya itu heran. "Aku tidak punya nama..."