Kamis, 13 Agustus 2009

The Next

Bandara Soekarno-Hatta
21.00 P.M.
Jakarta, Indonesia
“Benar kamu akan pergi sal?” tanya Alvina pada Fellisha pada akhirnya. Fellisha tidak menjawab, tidak juga menghiraukan. Ia hanya tersenyum manis lalu menarik gagang kopernya. “Berangkat dulu mas!” ujarnya. Alvina bangkit dari kursinya dan membalas sungkeman penuh hormat sahabatnya itu. Mereka berpelukan sesaat lalu saling melambaikan tangan. Lalu Fellisha beranjak menuju pintu gerbang keberangkatan Internasional. Temannya melambaikan tangannya sekali lagi. Kali ini kesedihannya tidak dapat dibendung. Pria itu menangis.
Los Angeles
24.00 P.M.
U.S.A
Sekali lagi malam terlewati di kafe temaram itu. Saat ini seorang penyanyi klab itu tengah menyelesaikan lirik terakhir lagunya. Fellisha yang tengah duduk diantara hiruk pikuk penonton berkali-kali melirik kursi di sebelahnya. Pria itu, yang telah selama kurang lebih sebulan ini menjadi bosnya. Fellisha melirik gelisah pria itu sekali lagi. Namun sepertinya pria itu tidak merasa terganggu.
Karena ia tengah berbincang-bincang dengan beberapa rekan bisnisnya. Letih merasa tidak dihiraukan. Fellisha akhirnya memilih melihat penyanyi berikutnya bernyanyi. Rupa penyanyi itu begitu cantik. Mengingatkan pada seorang aktris cantik Ibukota Amerika ini. Megan Fox. Ia menyanyikan lagu Rock. Lagu itu tidak terlalu mengena di kuping Fellisha. Karena baru sebulan ia tiba di negeri Paman Sam. Namun ketika melirik pria disebelahnya sekali lagi. Ia berusaha menikmati alunan lagu itu.
Kafe ini adalah kafe sekaligus klab malam paling tersohor di Amerika. Disebut begitu karena penampilan para penyanyi yang begitu dashyat. Sebenarnya semua penyanyi wanita itu dulunya waria. Namun oleh sang pemilik kafe. Dirubahnya para waria yang ingin menjadi wanita tetapi tidak memiliki modal. Praktek ini sebenarnya dilarang dalam hukum. Cara pendanaan bagi para waria juga bisa disebut ‘haram.’ Karena tidak jelas asal-usul dana itu. Tapi terbukti bahwa manusia pada umumnya lebih mementingkan kesenangan daripada kehalalan suatu benda.
Penyanyi yang mengaku sebagai Megan Fox itu mengakhiri lagunya. Sambutan meriah dari para hadirin menggema diseluruh ruangan kafe. Felissha ikut bertepuk tangan keras. Terbayang di dalam benaknya. Suatu hari nanti akan ada tempat khusus dirinya di panggung itu. Terbayang bagaimana rupa pria itu bila melihatnya bernyanyi. Kali ini ia tidak kuasa lagi menahan kantuk.
Diliriknya pria itu yang juga tengah mengamatinya. “Pulanglah, kalau kau sudah tidak kuat!” ujarnya. Fellisha menggeleng mencoba meyakinkan. Namun sepertinya pria itu tahu. “Aku belum mengantuk!” ujar Fellisha sekali lagi. Ketika pria itu beranjak dari kursi lalu menghampirinya. “Ayolah kita pulang saja. Aku juga sudah mengantuk!” sahut pria itu. Felissha tidak dapat menolaknya. Ia hanya mengikuti pria itu keluar klab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar